26 Abad yang lalu. Ketika Sang Buddha Menyangkal Paham Pencipta Dan Ciptaannya. Non Buddhist bertanya mengenai Buddha Dhamma, Siapa Pencipta Alam Semesta dalam ajaran Buddha dan siapa itu Buddha. Bagi Non Buddhis pemahaman akan Pencipta dan ciptaanya sangatlah penting. Namun umumnya pertanyaan ini tidak dijawab atau dijawab seadanya oleh seorang Buddhist dan akhirnya malah membuat seorang Non Buddhis tambah bingung. Hal ini wajar, karena pemahaman ajaran Buddha sangat kompleks. Bila seorang Non Buddhis bertanya “Siapakah Pencipta Alam Semesta dalam ajaran Buddha?” maka jawabannya TIDAK_ADA_PENCIPTA dalam ajaran Buddha. Biasanya seorang Non Buddhis setelah mendengar jawaban ini akan terkejut dan menganggap bahwa Ajaran Buddha sama seperti Ateis. Perlu ditegaskan bahwa ada perbedaan antara Ateis dengan ajaran Buddha walaupun keduanya menyangkal konsep Pencipta dan Ciptaannya. Selain itu, kaum yang disebut sebagai Ateis sudah ada semenjak zaman Sang Buddha, tapi mereka lebih dikenal sebagai kaum skeptik yang mana mereka selalu menyangkal apapun yang diyakini orang. Ateis menyangkal konsep Pencipta dan Ciptaannya didasarkan pada argumen atau teori yang sifatnya paradoks dari paham-paham yang diyakini oleh orang-orang yang percaya adanya Pencipta. Misalnya, orang yang percaya adanya Pencipta, meyakini bahwa Pencipta itu Maha Pengasih. Dan atas keyakinan tersebut orang Ateis akan membuat pertanyaan yang sifatnya paradoks dari paham tersebut, seperti “Kalo Pencipta Maha Pengasih kenapa Dia ciptain Neraka yang kekal, memangnya kejahatan manusia yang dilakukan seumur hidup sekalipun sebanding dengan hukuman yang kekal tersebut?”. Dari sini kita bisa melihat bahwa kaum Ateis berusaha menyangkal pemahaman Pencipta dan Ciptaannya berdasarkan argumen-argumen yang menjadi lawannya/paradoks. Hal ini berbeda dengan Sang Buddha, Sang Buddha menyangkal paham Pencipta dan Ciptaannya, karena Sang Buddha mengetahui secara pasti bahwa memang tidak ada Pencipta. Sang Buddha pernah menyatakan bahwa dengan kemampuannya sebagai seorang Sammasambuddha, Dia bisa melihat secara jelas segala peristiwa yang terjadi di sistem dunia/galaksi baik pada saat itu maupun masa lalu, dan jika mau bisa lebih dari itu. Sang Buddha juga menyatakan Dia mampu melihat 4 alam rendah dengan jelas Niraya/Neraka, Tiracchana/Binatang, Peta/Hantu Gentayangan dan Asura/Jin, 6 tingkat Dewa dengan 6 alam Surga-nya, dan bahkan 20 Alam Brahma yang lebih tinggi dari dunia Dewa. Tetapi pada saat itu, Sang Buddha tidak melihat satu pun sosok/individu yang dikenal manusia pada zamannya sebagai Pencipta walaupun mereka yang disebut-sebut kadang ada. Dalam artian mereka kalah dalam kemampuan dan pengetahuan jika dibandingkan dengan Sang Buddha. Ketika Sang Buddha menelusuri Alam Semesta, Dia menyadari bahwa bukan cuma Dia saja yang adalah seorang Sammasambuddha. Ternyata di sistem dunia/galaksi lain ada juga yang seperti Dia, seorang Sammasambuddha, dengan kata lain ada manusia di sistem dunia/galaksi lain. Dan menariknya anda mungkin pernah mendengar Buddha tersebut, Dia adalah Buddha Amithaba dari sebuah dunia/planet yang disebut Sukhavati. Bisa dikatakan Buddha Amithaba adalah Buddha dari sistem dunia lain yang paling populer di dunia Saha ini, tempat dimana Sang Buddha Gotama berada. Lalu yang menjadi pertanyaan “Jika tidak ada Pencipta, lalu bagaimana bisa ada Alam Semesta ini?” Jawaban Buddhistme sangat simpel karena apa yang ada di Alam Semesta ini tidak pernah tidak ada. Dalam pengertian yang lebih jelas tidak ada suatu zaman dimana Alam Semesta ini dulunya tidak ada. Mengapa demikian? Ada dua hal yang bisa saya sampaikan yang pertama dari Penjelasan Sang Buddha dan Pengembangan penjelasan Sang Buddha. Penjelasan Sang Buddha Sang Buddha pernah menjelaskan bahwa ketika Dia duduk dibawah pohon bodhi sebelum mencapai pencerahan sempurna. Beliau melihat dengan jelas bagaimana bumi ini terbentuk, bagaimana manusia bisa ada dibumi ini, bagaimana galaksi bisa seperti sekarang. Tetapi yang menjadi hal yang penting dalam bahasan ini adalah bahwa galaksi-galaksi yang ada di Alam Semesta ini bukan sekali ini saja terbentuk. Tapi sudah berkali-kali hancur dan terbentuk kembali. Setelah Dia melihat itu, Beliau kemudian berhenti di satu titik. Dalam penjelasan lainnya Sang Buddha menyatakan bahwa unsur-unsur utama yang membentuk semesta tidak akan musnah, dengan kata lain unsur-unsur utama ini kekal. Berdasarkan ketentuan yang kita pahami bersama, sesuatu yang kekal tidak punya awal. Pernyataan Sang Buddha ini dapat ditemukan dalam Kevaddha Sutta, dimana dikisahkan ada seorang Bhikkhu bertanya kepada Sang Buddha “Dimana Keempat unsur utama lenyap tanpa sisa?”. Pada saat itu, Sang Buddha mengoreksi pertanyaan Bhikkhu tersebut dengan mengatakan “tidak seharusnya bertanya dengan cara ini Di manakah empat unsur utama – unsur tanah, unsur air, unsur api, unsur angin – lenyap tanpa sisa?’ melainkan, beginilah seharusnya pertanyaan itu diajukan Di manakah tanah, air, api, dan angin tidak menemukan landasannya?’”. Dalam Brahmajala Sutta dengan tegas Sang Buddha menyangkal pandangan yang menyatakan jika kita mati, maka kita musnah tanpa sisa, begitu juga pandangan yang menyatakan tidak ada dunia lain setelah kematian yang mana pandangan ini populer di kalangan kaum yang sekarang disebut Athies. Lalu bagaimana bisa Alam Semesta seperti sekarang? Sang Buddha menjelaskan bahwa di Alam Semesta ini ada suatu hukum, Sang Buddha menyebutnya Dhamma Niyama. Dhamma Niyama ini adalah sifat dari Alam Semesta itu sendiri. Seperti air dengan sifatnya, jika kena panas bisa menguap, bila kena dingin bisa membeku. Air dan sifatnya merupakan satu bagian demikian juga Alam Semesta dengan Dhamma Niyama adalah satu bagian. Karena Alam Semesta punya sifatnya sendiri oleh sebab itulah Alam Semesta ini menjadi sebagaimana sifatnya itu. Orang-orang yang percaya paham Penciptaan dan Ciptaannya, selalu menganggap bahwa Hukum Alam diciptakan. Mereka meyakini ini disebabkan karena pola penilainnya bersifat mundur, dari masa sekarang ke masa lalu. Mereka akan selalu memulai pertanyaan seperti berikut Tidak mungkin Alam Semesta yang begitu luar biasa ini Sekarang terjadi begitu saja, jika kita tarik mundur Masa Lalu pasti kita akan menemukan penyebab utama yang dengan kehendaknya jadilah apa yang seperti sekarang karena terjadi berdasarkan kehendaknya maka disebut Pencipta”. Tetapi kenyataannya tidak demikian, dalam ilmu ekonomi ada yang namanya hukum ekonomi. Hukum ini menyatakan “Jika permintaan bertambah maka harga akan naik”. Jika seseorang ditanya siapa yang ciptain hukum ini, secara sepintas mereka akan menjawab para pedagang dan pembeli lah yang ciptain. Tetapi benarkah demikian? Apakah ada pedagang dan pembeli pada saat bertransaksi mereka kemudian berpikir “Aku akan menciptakan hukum ekonomi”, sehingga atas dasar kehendak ini mereka disebut Pencipta? Dari sini, kita bisa menyadari mengapa Sang Buddha menyangkal pandangan yang menyatakan adanya Isvara Sosok Tunggal Yang Atas Kehendaknya Menciptakan Alam Semesta Sehingga disebut Pencipta. Semua agama besar yang didalam ajarannya menjelaskan tentang dunia lain, meyakini adanya Isvara Dalam Kitab Buddhist sebenarnya ada juga kisah mengenai “Pencipta” yang ciri-cirinya mirip dengan yang tertulis dalam ajaran Kristen, Islam maupun Hindu. Kisah ini dapat ditemukan dalam Kevaddha Sutta, Brahmanimantanika Sutta, Brahmajala Sutta, dll. Tapi disini Sang Buddha justru meluruskan pandangan salah dari Maha Brahma bernama Baka yang mengira dirinya adalah Pencipta. “Mengapa tidak ada Pencipta?” Perbandingan pandangan Sang Buddha dengan Non Buddhist khususnya agama Abrahamik dalam hal proses Alam Semesta. Saya kemudian membuat beberapa hipotesa, salah satunya sebagai berikut 1. Bila Alam Semesta ini diciptakan baru sekali, seperti yang dinyatakan agama lain agama Abrahamik, katakanlah Alam Semesta ini diciptakan 1000 tahun yang lalu. Namun mau bagaimana pun waktu 1000 tahun tidak sebanding dengan keberadaan Pencipta yang tidak punya awal. Lalu apa yang Pencipta lakukan sebelum ciptain Alam Semesta? Andaikan Alam Semesta diciptakan dalam waktu Satu Trilliun pangkat Satu Trilliun sekalipun tetap saja tidak sebanding dengan tanpa awal, lalu apa yang dilakukan pencipta sebelum Satu Trilliun pangkat Satu Trilliun? 2. Jika Alam Semesta ini diciptakan dan andai kata Ruang Angkasa meliputi semua bagian, lalu pertanyaannya dimana Pencipta sebelum dia menciptakan Ruang Angkasa? segala sesuatu yang exist pasti menempati Ruang mau wujud ataupun gaib. Mengingat Sang Buddha pernah menyatakan bahwa Alam Semesta sangat luas, seorang Sammasambuddha berkuasa atas sistem dunia. Bahkan Sang Buddha menyatakan dalam kesempatan terpisah ada 4 hal yang tidak bisa dibayangkan manusia biasa, yaitu Alam Semesta, Hukum Karma, Nibbana, Seorang Sammasambuddha. Dari hipotesa diatas kemudian muncul pertanyaan seseorang tidak mungkin mengatakan bahwa tongkat besi diciptakan oleh besi, jika besi punya sifat-sifat tertentu hukum yang memampukan terbentuknya bentuk tongkat, maka bisa dipastikan tidak ada Pencipta, lalu mengapa pandangan mengenai Pencipta dan Ciptaannya bisa ada? Sang Buddha menjelaskan bahwa itu semua akibat salah berpikir dan juga adanya sosok tertentu yang salah berpikir mengenai dirinya, contohnya Maha Brahma Baka, dan pengikutnya seperti yang tertulis dalam Kevaddha Sutta, Brahmanimantanika Sutta, Brahmajala Sutta, dll Dari penjelasan diatas mungkin timbul pertanyaan “Jika tidak ada Pencipta, lalu untuk apa kita hidup? Apa tujuan kita didunia?”. Mau bagaimanapun saya menyadari bahwa paham Pencipta ada kaitannya dengan keberadaan manusia. Didalam ajaran Buddha, diajarkan bahwa tidak ada tujuan khusus yang harus dicapai semua manusia, tetapi secara umum manusia mengharapkan kebahagiaan, terbebas dari penderitaan. Jika di agama non Buddhist, mereka cenderung ingin masuk surga agar bahagia dan bisa menyembah serta berada dekat dengan “Penciptanya”. Lalu bagaimana dengan umat Buddha? Dalam ajaran Buddha dikenal alam Surga dan alam Brahma, namun kedua alam ini, yang keadaanya jauh lebih menyenangkan dari manusia, tetap berada dalam lingkaran Samsara. Sang Buddha menuturkan bahwa ada 4 hal yang membuat seorang makhluk di alam surga maupun brahma terlahir kembali ke alam lain yang lebih rendah, salah satunya adalah kejatuhan yang sudah dicontohkan dengan sangat baik dalam ajaran Kristen, Islam dan Hindu. Oleh karena itu, kedua alam ini bukan tujuan umat Buddha. Sang Buddha sampai akhir hayatnya justru mendorong agar semua makhluk mencapai/merealiasasi Nibbana/Nirvana Aku tidak mengajar untuk menjadikanmu sebagai murid-Ku Aku tidak tertarik untuk membuatmu menjadi murid-Ku Aku tidak tertarik untuk memutuskan hubunganmu dengan gurumu yang lama. Aku bahkan tidak tertarik untuk mengubah tujuanmu, karena setiap orang ingin lepas dari penderitaan. Cobalah apa yang telah Kutemukan ini, dan nilailah oleh dirimu sendiri. Jika tidak, janganlah engkau terima Sang Buddha
Apapunitu yang memiliki sifat dicipta maka ia akan kembali menjadi tidak ada atau akan kembali pada sang pemilik atau pencipta dengan berbagai jalan cintanya untuk mengambil siapapun orang yang ia cintai maupun yang ia ciptakan. Dalam benak berkata daerah itu terletak di antah berantah yang jauh dan pasti tak dapat terjejaki kaki ini
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas. Kejadian Alam Semesta Secara Kebetulan atau Dirancang?Jika tidak ada pencipta, maka kehidupan pasti dimulai secara spontan dan kehidupan ini ada, zat-zat kimia yang tepat harus bersatu dengan jumlah yang tepat dan faktor-faktor pengendali lainnya, dan semuanya harus bertahan selama jangka waktu yang itu, agar kehidupan dapat mulai dan terus berlangsung di bumi, peristiwa-peristiwa kebetulan ini harus diulangi ribuan tetapi, seberapa besar kemungkinan terjadinya bahkan untuk satu peristiwa seperti itu?Para penganut teori evolusi mengakui bahwa kemungkinan atom-atom dan molekul-molekul menyatu untuk membentuk satu molekul protein yang sederhana saja adalah 1 di antara 10113, atau 1 dengan 113 tersebut menurut para ahli lebih besar daripada jumlah atom yang diperkirakan ada di alam ahli matematika menganggap segala sesuatu yang mempunyai kemungkinan lebih kecil daripada 1 di antara 1050, mustahil tetapi, dibutuhkan jauh lebih banyak daripada hanya sebuah molekul protein sederhana untuk 2000 protein yang berbeda dibutuhkan oleh hanya sebuah sel untuk mempertahankan kegiatannya, dan kemungkinan bahwa semuanya itu terjadi secara acak adalah 1 banding tidak mempunyai prasangka yang ditimbulkan oleh kepercayaan masyarakat atau oleh pendidikan ilmiah sehingga yakin bahwa kehidupan bermula secara spontan di Bumi, perhitungan sederhana ini menyingkirkan gagasan itu sama sekali kata astronom Fred dengan mempelajari dunia fisik, dari partikel-partikel yang lebih kecil daripada atom sampai galaksi-galaksi raksasa, para ilmuan telah menemukan bahwa semua fenomena alam yang dikenal tampaknya mengikuti hukum-hukum dasar kata lain, mereka telah menemukan kecerdasan dan ketertiban dalam segala sesuatu yang di alam semesta, dan mereka dapat menuangkan kecerdasan dan ketertiban ini dalam istilah-istilah matematika yang sedikit ilmuwan yang tidak merasa atas keindahan dan kesederhanaan hukum-hukum yang hampir tak masuk diakal ini, tulis seorang profesor fisika, Paul Davies, dalam majalah Scientist .Akan tetapi, suatu fakta yang paling menarik mengenai hukum-hukum ini adalah bahwa di dalamnya ada faktor-faktor tertentu yang nilainya harus benar-benar ditentukan dengan tepat agar alam semesta, yang kita kenal ini faktor-faktor konstan yang mendasar ini terdapat unit muatan listrik pada proton, massa dari partikel-pertikel dasar tertentu, dan konstanta gravitasi umum dari Newton, yang biasanya ditunjukkan dengan huruf hal ini, Profesor Davies melanjutkan “Bahkan variasi-variasi paling kecil dalam nilai dari beberapa faktor tadi akan secara drastis mengubah penampilan Alam Semesta. Sebagai contoh, Freeman Dyson memperlihatkan bahwa jika tenaga di antara inti-inti proton dan neutron lebih kuat beberapa persen saja, tidak akan ada hidrogen di Alam seperti Matahari, belum lagi air, tidak mungkin ada. Kehidupan paling tidak seperti yang kita kenal, tidak mungkin Carter memperlihatkan bahwa perubahan-perubahan yang jauh lebih kecil dalam G akan mengubah semua bintang menjadi blue giants raksasa-raksasa biru atau red dwarfs benda-benda kerdil merah dengan akibat yang sama sama-sama menakutkan bagi kehidupan.” Jadi, Davies menyimpulkan “Dalam hal ini masuk akal bahwa hanya mungkin ada satu Alam memang demikian, benar-benar suatu gagasan yang luar biasa bahwa keberadaan kita sendiri sebagai makhluk yang sadar tidak dapat tiada merupakan hasil dari kecerdasan.”Apa yang dapat kita simpulkan dari semuanya ini? Pertama-tama, jika alam semesta diatur oleh hukum-hukum, maka harus ada zat pribadi pembuat hukum yang cerdas yang merumuskan atau menetapkan hukum-hukum itu, karena tampaknya dibuat agar ada kehidupan dan keadaan yang cocok untuk menunjang, ini jelas melibatkan dan maksud tujuan - ini bukan ciri-ciri dari peristiwa kebetulan; semuanya tepat seperti yang akan dilakukan oleh Pencipta yang cerdas. “Maka Allah menjadikannya tujuh langit dalam dua masa dan mewahyukan perintah-Nya pada tiap-tiap langit itu; dan Kami hiasi langit dunia dengan pelita-pelita dan Kami ketentuan Yang Maha Perkasa dan Maha Cerdas Mengetahui.” QS Fushilat [41]12. Dari pokok bahasan diatas jelaslah bahwa argumentasi yang menyebutkan alam semesta ini berdiri sendiri tanpa sesuatu yang menyebabkan amat lemah, sehingga timbul pertanyaan bagi kita, jika alam ini tak mungkin jadi dengan sendiri bagaimana bisa terjadi, sehingga alam ini menjadi ada?Sehingga wajib bagi akal adanya zat yang menciptakan alam ini, logikanya eksistensi si pencipta tidak bergantung kepada apapun dan tidak setara dengan apapun Unique, dan tidak dapat disejajarkan dengan apapun, ketidak sejajaran zat ini dengan makhluk membuat Ia berbeda sehingga disebut sebagai tunggal Distinct.Zat ini tidak terkena hukum kemungkinan tidak karenanya secara garis besar sesuatu yang wajib ada dan tidak mungkin ketidak adaannya disebut sesuatu yang mutlak Absolute QS Al-Ikhlas [112] [1-4]. Eksistensi Tuhan Menurut Dalil Aqli akal dan Naqli WahyuHasil telaah kita tentang ketidakmampuan alam untuk menjadikan dirinya sendiri menimbulkan pertanyaan, jika Alam memang tak mampu menjadikan dirinya sendiri lalu dari mana asal alam tersebut?Maka jawabnya tentu saja jawabannya alam itu dijadikan, siapa yang menjadikannya?Sudah pasti dan harus sesuatu zat yang kuasa mejadikan dirinya sendiri, dia tidak terikat dengan hukum ada satupun zat yang berhak menyandang predikat sebagai pencipta atau penguasa kecuali Tuhan yang memberitahukan namanya kepada makhluk yakni “Allah”. QS Thaahaa [20] 14. Kenisbian alam menyebabkan alam ini serba ketergantungan, logikanya sesuatu yang nisbi harus menggantungkan dirinya kepada sesuatu yang Absolute kemutlakan ataupun ketunggalan Distinc, karena ketunggalan dibutuhkan untuk keteraturan alam semesta ini dan kemutlakan dibutuhkan untuk menjadikan alam ini dari tiada menjadi ada. QS Al-Baqarah [2]163-164.Sebagai zat yang kuasa Dia dapat berbuat apa saja atau membuat segala sesuatu, Allah terbebas dari hukum kenisbian relatif, karena Dia bukanlah zat yang terikat dengan hukum pertumbuhan dan kehancuran, tidak ada yang mengawaliNya awal dan Diapun tanpa akhir, sebaliknya Dialah awal dari segala sesuatu dan akhir dari segala sesuatu QS57;3. Jika eksistensi Allah dapat dibuktikan secara logis maka bagaimana wujud Allah itu?Jawabnya tentu saja pertanyaan itu yang salah karena sesuatu wujudyang absolut tidak terbatas tidak dapat dilacak oleh zat yang punya dimensi nisbi terbatas, maka kita tidak dapat mengingkari bahwa Allah pasti wujud, namun wujudnya tak terlacak oleh indera manusia QS Al-An’aam [6]103, wujud yang tak dapat diingkari adanya, namun tak dapat di lacak zatnya disebut zahir namun juga bathin ghaib QSAl-Hadiid [57]3.Manusia dan alam lainnya takkan dapat menyamakan Dia dengan apapun, usaha apa saja yang mencoba untuk mempersonafikasikan wujudnya dalam dimensi terbatas akan tersesat, karena Allah tidak sama atau semisal dengan apapun QSAl-Ikhlas [112]4; Al-A’raaf [7]189; Al-An’aam [6]163; Asy-Syuura [42]11.Allah mengatakan bahwa Dia sangat dekat dengan kita bahkan lebih dekat dari urat leher kita sendiri QS Qaaf [50]16, karenanyaAllah ada dimana-mana tetapi kita tidak dapat mengatakan bahwa Dia berada dimana-mana Panteisme. Lalu, ketika Allah berkehendak menjadikan alam ini apakah sama dengan cara makhluk berkehendak dalam menjadikan sesuatu?Semua bentuk kejadian di dunia ini memiliki proses yakni terikat dengan ruang dan penciptaan bagi Allah juga berproses seperti makhluk? Jawabnyatentu pasti tidak sama, karena Allah tidak terikat dengan ruang dan waktu, Dia sendiri adalah ruang waktu itu, dan karena Ia tidak semisal dengan apapun, jika Allah berkehendak maka cukup Allah mengatakan “kun fayaakun, maka jadi, jadilah” QSYaasin [36] 82.NDP muslim Achyar Eldine Lihat Filsafat Selengkapnya
. 476 361 323 484 26 342 181 109
pencipta dengan yang dicipta pasti